Meskipun demikian, ternyata rencana mereka telah diketahui oleh para musuh Allah. Mereka pun mengatur sebuah perangkap untuk mencegah perjalanan ketiga orang mulia tersebut.
Atas izin Allah SWT, Rasulullah saw dan Abu Bakar r.a berhasil lolos dari jebakan mereka. Namun, tidak bagi Shuhaib. Ia tidak berhasil meloloskan diri dari kepungan orang-orang jahiliah tersebut.
Ketika orang-orang musyrik yang mengepungnya lengah, ia segera memacu untanya agar berlari kencang. Pemburu-pemburu Quraisy segera mengejarnya dan berhasil menghentikan Shuhaib di tengah-tengah padang pasir yang luas.
Pemburu-pemburu Ouraisy menatap Shuhaib dengan beringas seperti tidak sabar ingin membunuhnya. Shuhaib sendiri ingin segera menyusul Rasulullah saw dan Abu Bakar r.a untuk hijrah ke Medinah. Mereka sudah siap dengan senjatanya masing-masing, termasuk shuhaib yang telah memasang anak panah di busurnya.
Dalam situasi yang tegang itu Shuhaib menggertak mereka, "Hai orang-orang kafir Quraisy! Kalian sudah mengetahui bahwa aku adalah ahli panah yang mahir. Demi Allah! Kalian semua akan mati oleh anak panah dalam kantong ini sebelum kalian berhasil mendekatiku. Setelah itu pedang ini akan kugunakan untuk menebas kalian! Sampai semua senjata di tanganku habis!"
Nyali para pemburu beringas itu ciut mendengar ancaman Shuhaib. Namun, mereka tidak mengurungkan niatnya untuk membunuh Shuhaib.
Akhirnya, Shuhaib mengajukan penawaran kepada mereka, "Kalau kalian setuju, akan saya tunjukkan tempat penyimpanan hartaku. Kalian boleh memilikinya asalkan aku dibiarkan berhijrah ke Yastrib (Medinah)!"
Tawaran itu menarik hati para pemburu Quraisy. Mereka berkata, "Dulu kamu hanyalah seorang yang miskin dan papa. Sekarang hartamu banyak dan melimpah ruah. Tunjukkanlah di mana hartamu disimpan?"
Shuhaib pun menunjukkan tempat harta bendanya disembunyikan. Para pemburu Quraisy langsung bertolak kembali ke Mekah dan menguras harta simpanan Shuhaib. Mereka membiarkan Shuhaib berhijrah ke Medinah.
Shuhaib bin Sinan melanjutkan perjalanannya ke Yastrib. Setelah melalui padang pasir yang luas dan gersang, akhirnya Allah SWT memperkenankan dirinya bertemu dengan kekasih tercinta, Rasulullah saw, di Quba.
Ia mengucapkan salam kepada Rasulullah saw dan para sahabat yang mengelilingi beliau. Melihat Shuhaib bin Sinan datang, Rasulullah saw. menyambutnya dengan ceria. Beliau bersabda kepadanya, "Beruntunglah perniagaanmu, hai Abu Yahya!"
Shuhaib bersyukur dengan doa Rasulullah saw tersebut meskipun ia heran dikatakan beruntung karena hasil jerih payah perdagangannya sudah habis diberikan kepada musyrikin Quraisy. Yang tinggal pada dirinya hanya iman dan kecintaannya kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.
Pengorbanan Shuhaib mendapat pujian dari Allah SWT sehingga turunlah ayat sebagai berikut,
وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَشۡرِى نَفۡسَهُ ٱبۡتِغَآءَ مَرۡضَاتِ ٱللَّهِۗ وَٱللَّهُ رَءُوفُۢ بِٱلۡعِبَادِ (٢٠٧)
"Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya untuk mencari keridaan Allah. Dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya." (QS Al-Baqarah [2]: 207)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar