Minggu, 02 Maret 2014

Kisah Seorang Gadis Buta

Pada suatu hari ada seorang gadis buta yg sangat membenci dirinya sendiri. Karena kebutaannya itu. Tidak hanya terhadap dirinya sendiri, tetapi dia juga membenci semua orang kecuali kekasihnya.
Kekasihnya selalu ada disampingnya untuk menemani dan menghiburnya. Dia berkata akan menikahi gadisnya itu kalau gadisnya itu sudah bisa melihat dunia.
Suatu hari, ada seseorang yang mendonorkan sepasang mata kepada gadisnya itu, yang akhirnya dia bisa melihat semua hal, termasuk kekasih gadisnya itu.
Kekasihnya bertanya kepada gadisnya itu, ”Sayaaaang, sekarang kamu sudah bisa melihat dunia. Apakah engkau mau menikah denganku?” Gadis itu terguncang saat melihat bahwa kekasihnya itu ternyata buta. Dan dia menolak untuk menikahi si pria pacar-nya itu yg selama ini sudah sangat setia sekali mendampingi hidupnya selama si gadis itu buta matanya.
Dan akhirnya si Pria kekasihnya itu pergi dengan meneteskan air mata, dan kemudian menuliskan sepucuk surat singkat kepada gadisnya itu, “Sayangku, tolong engkau jaga baik-baik ke-2 mata yg telah aku berikan kepadamu.”
Gadis itu menangis dan menyadari kebodohannya, betapa besar pengorbanan kekasihnya selama ini tapi kekasihnya telah pergi dengan membawa luka dihati.
Kisah di atas memperlihatkan bagaimana pikiran manusia berubah saat status dalam hidupnya berubah. Hanya sedikit orang yang ingat bagaimana keadaan hidup sebelumnya dan lebih sedikit lagi yang ingat terhadap siapa harus berterima kasih karena telah menyertai dan menopang bahkan di saat yang paling menyakitkan.


Alkisah, ada seorang pemuda sombong dan tak beragama yang meminta kepada orang tuanya untuk mencari seorang Guru Agama yang mampu menjawab 3 pertanyaannya.
Apabila 3 pertanyaannya mampu dijawab oleh Guru tersebut, maka ia berjanji akan bertobat.
Singkat cerita, bapak sang pemuda berhasil membawakan seorang ulama yang juga seorang waliyullah. Kemudian terjadilah dialog antara pemuda dan ulama tersebut.
Pemuda: Anda siapa? Dan sanggupkah anda menjawab pertanyaan2 saya?
Ulama: Saya hamba Allah & dengan izin-Nya, saya akan menjawab pertanyaan anda.
Pemuda: Anda yakin? Sedangkan Profesor dan banyak orang pintar saja tidak mampu menjawab pertanyaan dari saya ini.
Ulama: Saya akan mencoba sejauh kemampuan dan ilmu yang saya miliki. Apa yang hendak kau pertanyakan wahai anak muda?
Pemuda: Baiklah. Saya punya 3 buah pertanyaan:
1. Kalau memang Tuhan itu ada, coba anda tunjukan wujud Tuhan kepada saya?
2. Apakah yang dinamakan Takdir?
3. Kalau memang setan diciptakan dari api, kenapa dimasukan ke neraka yg notabene terbuat dari api, tentu saja itu tidak akan menyakitkan buat setan sebab mereka berasal dari unsur yg sama?
Apakah Tuhan tidak berfikir sejauh itu?
Sesaat kemudian hening. . .
Tiba2 Ulama tersebut menampar pipi si pemuda dengan amat keras hingga pemuda tersebut terjatuh.
Pemuda: (sambil menahan sakit) Kenapa anda menampar saya? Apa anda marah kepada saya?
Ulama: (dengan tenang menjawab) Saya tidak marah.
Tamparan itu adalah jawaban saya atas 3 buah pertanyaan yang anda ajukan kepada saya barusan.
Pemuda: Saya sungguh2 tidak mengerti! Coba anda jelaskan!
Ulama: Bagaimana rasanya tamparan saya?
Pemuda: Tentu saja saya merasakan sakit! Kau mau coba juga rasanya?! (mulai berang)
Ulama: Jadi anda percaya bahwa sakit itu ada?
Pemuda: Ya! Sangat jelas!
Ulama: Baiklah kalau begitu. Tunjukan pada saya wujud rasa sakit itu!
Pemuda: Mana mungkin. Itu mustahil! Kau tahu itu.
Ulama: Itulah jawaban pertanyaan pertama, kita semua merasakan keberadaan Tuhan tanpa mampu melihat wujudnya.
Ulama: Apakah tadi malam anda bermimpi akan ditampar oleh saya?
Pemuda: Tidak! Lalu apa?
Ulama: Apakah pernah terpikir oleh anda akan menerima sebuah tamparan keras dari saya hari ini?
Pemuda: Tentu saja tidak! Kalau tahu, sudah pasti aku akan mengelak.
Ulama: Itulah yg dinamakan Takdir!
Ulama: Terbuat dari apa tangan yang saya gunakan untuk menampar anda?
Pemuda: tentu saja terbuat dari kulit!
Ulama: Dan terbuat dari apa pipi anda?
Pemuda: kulit juga..
Ulama: Bagaimana rasanya tamparan saya?
Pemuda: Tentu saja sakit. Sakit sekali!
Ulama: Walaupun Setan terbuat dari api & Neraka pun terbuat dari api, jika Tuhan berkehendak maka Neraka akan menjadi tempat menyakitkan untuk setan.
Lalu, dalam sesaat suasana mendadak hening. Mereka terdiam terpaku. Sang pemuda kemudian merenungi ucapan sang ulama. Pemuda itu pun menangis , dia menyadari kebodohan dan kekufurannya. Lantas segera ia bertobat kepada Tuhannya.
Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Subhanallahu.
Sodaqallahul’adzim

KISAH WANITA "sibuah mangga dan si durian"

~ Jadi cewek itu jangan mau kaya buah mangga,
belum beli dah dipegang pegang,di pijit pijit,di cium cium
ga jadi beli, eh ditinggalin...
(Na'udzubillah...)

~ Kalo jadi cewek tu kaya durian..
mau dicium kena durinya, mau di pegang kena durinya ,,,
Kalo mau nyium atau makan isinya ya harus beli,
ya beli disini adalah pernikahan

Jadi...
Jaga jaraklah walau mendekati untuk kita saling mengenal
bukan malah terjerumus ke
lembah dosa..

Mengenal sifat bukan mengenal isi dalam dengan hawa nafsu...
sayang ya sayang tapi ada waktunya..
cinta ya cinta tapi nunggu halalnya..
mau ya mau tapi tunggu dulu Ke KUA dulu
baru ku turuti apa maumu...

Kisah Abdullah Bin Mas’ud dan Pencuri

Ini adalah kisah tentang salah seorang sahabat Nabi saw. Namanya ‘Abdullah ibn Mas’ud –semoga Allah meridhainya-. Ia memang bukan sahabat biasa. Ia juga seorang ulama. Tentangnya, Rasulullah saw pernah berkata : “Sesungguhnya kaki ( Ibnu Mas’ud ) di timbangan Allah pada hari kiamat itu jauh lebih berat daripada gunung Uhud.”Bagaimanakah gerangan perilaku beliau sehingga mendapatkan karunia itu ? Inilah salah satu di antaranya…

Suatu hari, beliau pergi ke pasar dengan membawa beberapa keeping dirham untuk membeli sedikit makanan. Tanpa diduga, ada seorang pencuri yang mencuri dirham-dirham itu. Orang-orang yang mengenal ‘Abdullah ibn Mas’ud lalu mendoakan kesialan untuk pencuri itu. Namun beliau justru mengatakan : “Kalian jangan mendoakan kesialan untuknya. Akulah pemilik dirham-dirham itu, aku akan berdoa untuknya, dan harap kalian mau mengaminkan doaku…”
Beliau kemudian  berdoa : “Ya Allah ! Bila engkau mengetahui bahwa orang yang mencuri dirhamku adalah orang berhajat padanya, maka berkahilah ia dengan dirham itu, dan bila Engkau mengetahui bahwa ia sebenarnya tidak berhajat padanya, maka Ya Allah ! Jadikanlah ini sebagai kemaksiatan terakhir yang ia lakukan dalam hidupnya.” Wa ‘akhlish Al ‘Amal, hal.91 )

Demikianlah tutur kata dari sebuah hati yang bersih. Dan itulah sumber dari segala ketenangan jiwa. Menyerahkan semuanya pada ketetapan Allah Ta’ala. Sebab “yang terbaik adalah apa yang dipilihkan oleh Allah untuk kita”.

LOGIKA MATEMATIS VS LOGIKA SEDEKAH

Kisah Inspiratif Islam : Sedekah VS Logika Gaji Bulanan

Saya menduga ia berasal dari kelas sosial terpandang dan mapan. Karena penampilannya rapih, menarik dan wajah yang tampan. Namun tidak seperti yang saya duga, Mas Ajy berasal dari keluarga yang pas-pasan. Jauh dari mapan. Sungguh kontras kenyataan hidup yang dialaminya dengan sikap hidup yang dijalaninya. Sangat jelas saya lihat dan saya pahami dari beberapa kali perbincangan yang kami bangun.

Satu kali kami bicara tentang penghasilan sebagai guru. Bertukar informasi dan memperbandingkan nasib kami satu dengan yang lain, satu sekolah dengan sekolah lainnya. Kami bercerita tentang dapur kami masing-masing. Hampir tidak ada perbedaan mencolok. Kami sama-sama bernasib "guru" yang katanya pahlawan tanpa tanda jasa. Yang membedakan sangat mencolok antara saya dan Mas Ajy adalah sikap hidupnya yang amat berbudi. Darinya saya tahu hakikat nilai di balik materi.

Penghasilannya sebulan sebagai guru kontrak tidak logis untuk membiayai seorang isteri dan dua orang putra-putrinya. Dia juga masih memiliki tanggungan seorang adik yang harus dihantarkannya hingga selesai SMA. Sering pula Mas Ajy menggenapi belanja kedua ibu bapaknya yang tak lagi berpenghasilan. Menurutnya, hitungan matematika gajinya barulah bisa mencukupi untuk hidup sederhana apabila gajinya dikalikan 3 kali dari jumlah yang diterimanya.

"Tapi, hidup kita tidak seluruhnya matematika dan angka-angka. Ada dimensi non matematis dan di luar angka-angka logis."

"Maksud Mas Ajy gimana, aku nggak ngerti?"
"Ya, kalau kita hanya tertuju pada gaji, kita akan menjadi orang pelit. Individualis. Bahkan bisa jadi tamak, loba. Karena berapapun sebenarnya nilai gaji setiap orang, dia tidak akan pernah merasa cukup. Lalu dia akan berkata, bagaimana mau sedekah, untuk kita saja kurang."

"Kenyataannya memang begitu kan Mas?", kata saya mengiayakan. "Mana mungkin dengan gaji sebesar itu, kita bisa hidup tenang, bisa sedekah. Bisa berbagi." Saya mencoba menegaskan pernyataan awalnya.

"Ya, karena kita masih menggunakan pola pikir matematis. Cobalah keluar dari medium itu. Oke, sakarang jawab pertanyaan saya. Kita punya uang sepuluh ribu. Makan bakso enam ribu. Es campur tiga ribu. Yang seribu kita berikan pada pengemis, berapa sisa uang kita?"

"Tidak ada. Habis." jawab saya spontan.

"Tapi saya jawab masih ada. Kita masih memiliki sisa seribu rupiah. Dan seribu rupiah itu abadi. Bahkan memancing rezeki yang tidak terduga."

Saya mencoba mencerna lebih dalam penjelasannya. Saya agak tercenung pada jawaban pasti yang dilontarkannya. Bagaimana mungkin masih tersisa uang seribu rupiah? Dari mana sisanya?

"Mas, bagaimana bisa. Uang yang terakhir seribu rupiah itu, kan sudah diberikan pada pengemis ", saya tak sabar untuk mendapat jawabannya.

"Ya memang habis, karena kita masih memakai logika matematis. Tapi cobalah tinggalkan pola pikir itu dan beralihlah pada logika sedekah. Uang yang seribu itu dinikmati pengemis. Jangan salah, bisa jadi puluhan lontaran doa keberkahan untuk kita keluar dari mulut pengemis itu atas pemberian kita. Itu baru satu pengemis. Bagaimana jika kita memberikannya lebih. Itu dicatat malaikat dan didengar Allah. Itu menjadi sedekah kita pada Allah dan menjadi penolong di akhirat. Sesungguhnya yang seribu itulah milik kita. Yang abadi. Sementara nilai bakso dan es campur itu, ujung-ujungnya masuk WC."

Subhanallah. Saya hanya terpaku mendapat jawaban yang dilontarkannya. Sebegitu dalam penghayatannya atas sedekah melalui contoh kecil yang hidup di tengah-tengah kita yang sering terlupakan. Sedekah memang berat. Sedekah menurutnya hanya sanggup dilakukan oleh orang yang telah merasa cukup, bukan orang kaya. Orang yang berlimpah harta tapi tidak mau sedekah, hakikatnya sebagai orang miskin sebab ia merasa masih kurang serta sayang untuk memberi dan berbagi.

Penekanan arti keberkahan sedekah diutarakannya lebih panjang melalui pola hubungan anak dan orang tua. Dalam obrolannya, Mas Ajy seperti ingin menggarisbawahi, bahwa berapapun nilai yang kita keluarkan untuk mencukupi kebutuhan orang tua, belum bisa membayar lunas jasa-jasanya. Air susunya, dekapannya, buaiannya, kecupan sayangnya dan sejagat haru biru perasaanya. Tetapi di saat bersamaan, semakin banyak nilai yang dibayar untuk itu, Allah akan menggantinya berlipat-lipat.

“Terus, gimana caranya Mas, agar bisa menyeimbangkan nilai metematis dengan dimensi sedekah itu?”.

“Pertama, ingat, sedekah tidak akan membuat orang jadi miskin, tapi sebaliknya menjadikan ia kaya. Kedua, jangan terikat dengan keterbatasan gaji, tapi percayalah pada keluasan rizki. Ketiga, lihatlah ke bawah, jangan lihat ke atas. Dan yang terakhir, padukanlah nilai qona’ah, ridha dan syukur”. Saya semakin tertegun

Dalam hati kecil, saya meraba semua garis hidup yang telah saya habiskan. Terlalu jauh jarak saya dengan Mas Ajy. Terlalu kerdil selama ini pandangan saya tentang materi. Ada keterbungkaman yang lama saya rasakan di dada. Seolah-oleh semua penjelasan yang dilontarkannya menutup rapat egoisme kecongkakan saya dan membukakan perlahan-lahan kesadaran batin yang telah lama diabaikan. Ya Allah saya mendapatkan satu untai mutiara melalui pertemuan ini. Saya ingin segera pulang dan mencari butir-butir mutiara lain yang masih berserak dan belum sempat saya kumpulkan.

Abdul Mutaqin

Kisah Inspirasi Islam : Kyai Kecopetan

Kyai Arwani adalah Kyai yang terkenal dengan hafalan Qur'annya. Pesantrennya yang diasuhnya "Yanbu'ul Qur'an" di Kudus menjadi salah satu kiblat para hafidz-hafidzoh di Jawa Tengah.

Suatu hari ketika bepergian, di saat beliau turun dari bus di terminal Terboyo Semarang, Kyai Arwani kecopetan. Entah sudah tahu atau memang pura-pura tidak tahu, Kyai Arwani tidak perduli jika baru saja kecopetan. Santri yang mendampingi dan tahu kejadian kecopetan terkejut, seketika itu pula mereka pada mengejar pencopetnya.


"Copet...! Copet...!" teriaknya sambil mengejar. Suasana menjadi gaduh, serabutan, karena orang lain ikutan mengejar pencopet.

Tapi sayang, pencopetnya terlalu lincah berlari dan tampaknya cukup menguasai medan hingga gagal ditangkap. Para santri pada kecewa dan marah-marah pada pencopet yang sudah raib itu. Berani-beraninya si copet mengganggu sang Kyai, begitu kira-kira pikir mereka. Copetnya pun keterlaluan, tidak lihat-lihat siapa yang akan dijadikan korban. Dan tentu saja, pencopet tidak peduli hal itu. Mungkin yang diingat oleh pencopet adalah uang, uang dan uang. Bagi copet, siapa saja yang pegang uang, uang tetap bernilai uang. Yang juga tak kalah mengherankan adalah Kyai Arwani, tidak perduli dengan apa yang barusan terjadi. Seolah-olah tidak terjadi apa- apa pada dirinya. Tenang-tenang saja, sibuk dengan dzikirnya. Sampai- sampai santrinya harus memberi tahu bahwa Kyai baru saja kehilangan dompet disikat pencopet.

"Kyai, Njenengan baru saja kecopetan!" kata santrinya memberitahu.

"Oh, ya?" jawab Kyai santai.

"Benar, Kyai. Tapi kami gagal menangkapnya! Keterlaluan betul pencopet itu!"

"Alhamdulillah.... Sudahlah kalian tidak perlu ribut-ribut. Saya bersyukur, yang dicopet itu saya!"

"Apa maksudnya Kyai?"

"Syukur....syukur..... Alhamdulillah. Karena saya yang dicopet, bukan saya yang jadi pencopetnya!"

Tentu saja para santri pada bengong mendengar jawaban Kyai.

"Kok bisa begitu Kyai?"

"Sekarang apa jawab kalian jika aku tanya, lebih baik mana, menjadi orang yang dicopet atau menjadi tukang copetnya?" tanya beliau kemudian.

Jawaban Kyai sungguh tak terbantahkan, masuk akal. Nuansa zuhud dan kesufian mengiringi ucapan- ucapan Kyai. Para santri yang menyertai beliau pada geleng-geleng kepala tanda paham dan takjub. Dan para santripun mendapat pelajaran berharga yang belum pernah mereka jumpai dalam teori. Rupanya, dalam musibahpun bisa timbul rasa syukur, seperti yang sudah dicontohkan Kyai Arwani.

--0o0o0--

Cerita yang mampu membuat kita tersenyum dan juga mendapat banyak hikmah di dalamnya. Subhanallaah... Betapa bersyukur itu tidak hanya ketika kita mendapatkan sesuatu. Namun, seperti yang telah dicontohkan Kyai Arwani di atas bahwa bersyukur pun dapat dilakukan ketika kita kehilangan sesuatu.

KISAH BURUNG BEO PAK USTAD

Alkisah di sebuah pesantren, Seorang Ustadz memiliki burung sejenis Beo yang terlatih untuk berdzikir seperti: Assalamu'alaikum, Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar, dan lainnya

Suatu hari, pintu kurungan terbuka & burung itu terbang bebas. Sontak para santri mengejar burung milik guru mereka, sementara si burung terbang tidak terkontrol dan tertabrak kendaraan yang melintas dengan kencang hingga terkapar sekarat lalu meninggal


Sang Ustadz terlihat berbeda usai burungnya mati, nampak sekali sedih hingga seminggu lamanya. Para santri yang melihatnya pun mengira Ustadz nya bersedih karena burungnya mati, mereka berkata:

"Ustadz, jika hanya burung yang membuat ustadz sedih, kami sanggup menggantinya dengan yang bisa berdzikir juga. Tak perlu ustadz bermurung hingga sedemikian lamanya!"

Sang Ustadz menjawab: "Aku bukan bersedih karena burung itu."

Para Santri: "Lantas kenapa ustadz?"

Sang Ustadz: "Kalian melihat bagaimana burung itu sekarat setelah tertabrak?"

Para Santri: "Ya, kami melihatnya."

Sang Ustadz: "Burung itu hanya bersuara KKKKAAKK, KKKKHHEEK, KKKKAAKK, KKKKHHEEK,,, padahal sudah terlatih berdzikir sedemikian rupa, namun saat merasakan PERIHNYA sakaratul maut menjemput, hanya perih yang terasa.

Lalu aku teringat diriku, yang setiap hari terbiasa berdzikir, JANGAN-JANGAN NASIBKU SAMA SEPERTI BURUNG ITU, TAK KUAT MENAHAN SAKARAT LALU BUKAN DZIKIR YANG KUUCAPKAN.




Padahal burung itu tidak diganggu setan saat sakaratul maut, sedangkan manusia diganggu setan saat sakaratul maut. Tidak ada yang tahu bagaimana keadaan kita mati, khusnul khotimah ataukah su'ul khotimah?"

Para Santri pun terdiam dan membenarkan Sang Ustadz, dan mereka pun ikut murung memikirkan hal yang serupa dengan Ustadz-nya.:

Lalu bagaimana keadaan kita saat menjemput sakaratul maut nanti ?

NB : Sebagai ikhtiar kita utk bisa Khusnul Khotimah, marilah kita bersama2 utk menjaga dan terus meningkatkan kulaitas ibadah kita, dan biasakan utk membaca doa " Selamat " setiap habis Sholat 5 waktu. Karena dalam doa selamat ada permohonan keselamatan agama, jasamani rohani, keberkahan rezeki, dan diberikan rahmat dan keselamatan dan kemudahan ketika menghadapi kematian kelak

Debat seorang dosen liberal dengan mahasiswa "tentang Al-Qur'an"



Dosen: "Saya bingung. Banyak Umat Islam di seluruh dunia lebay. Kenapa harus protes dan demo besar-besaran cuma karena tentara amerika menginjak, meludahi dan mengencingi Al-Quran? Wong yang dibakar kan cuma kertas, cuma media tempat Quran ditulis saja kok. Yang Qurannya kan ada di Lauh Mahfuzh. Dasar ndeso. Saya kira banyak muslim yang mesti dicerdaskan."

Meskipun pongah, namun banyak mahasiswa yang setuju dengan pendapat dosen liberal ini. Memang Qur'an kan hakikatnya ada di Lauh Mahfuz.
Tak lama sebuah langkah kaki memecah kesunyian kelas. Sang
mahasiswa kreatif mendekati dosen kemudian mengambil diktat kuliah si dosen, dan membaca sedikit sambil sesekali menatap tajam si dosen.
Kelas makin hening, para mahasiswa tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Mahasiswa: "Wah, saya sangat terkesan dengan hasil analisa bapak yg ada disini."ujarnya-­ sambil membolak balik halaman diktat tersebut.

"Hhuuhhh...."semua orang di kelas itu lega karena mengira ada yang tidak beres.

Namun Tiba-tiba sang mahasiswa meludahi, menghempaskan dan kemudian menginjak-injak-­ diktat dosen tersebut. Kelas menjadi heboh. Semua orang kaget, tak terkecuali si dosen liberal.

Dosen: "kamu?! Berani melecehkan saya?! Kamu tahu apa yang kamu lakukan?! Kamu menghina karya ilmiah hasil pemikiran saya?! Lancang kamu ya?!"

Si dosen melayangkan tangannya ke arah kepala sang mahasiswa kreatif, namun ia dengan cekatan menangkis dan menangkap tangan si dosen.

Mahasiswa: "Marah ya pak? Saya kan cuma nginjak kertas pak. Ilmu dan pikiran yang bapak punya kan ada di kepala bapak. Ngapain bapak marah kalau yang saya injak cuma media buku kok. Wong yang saya injak bukan kepala bapak. Kayaknya bapak yang perlu dicerdaskan ya??"

Si dosen merapikan pakaiannya dan segera meninggalkan kelas dengan perasaan malu yang amat sangat. Cepeek deeh..!!

"Itulah salah satu hukuman langsung dri Allah Ta'ala bagi siapa saja yang ingin mempermainkan atau mencaci maki Agama-Nya."

Pelajaran yang sangat berharga dari kisah di atas:

Tanamkanlah Aqidah yang benar kepada buah hati anda, Aqidah yang bersumber dari mata air yang Murni, yang tidak tercampur dengan kotoran Syirik, Bid'ah dan Khurafat, Yaitu Al Qur'an dan Sunnah Nabi -Shallallahu Alaihi wa Sallam- sesuai dengan pemahaman para As Salaf As Shaleh (Sahabat, Tabi'in, dan Tabi'ut Tabi'in serta para ulama yang meniti jalan mereka).

Dengan Aqidah dan keyakina yang benar, Allah Ta'ala akan menjaga seseorang dari penyimpangan, baik lahir dan batin.

Semoga Allah Ta'ala menunjukkan kepada kita kebenaran adalah kebenaran, serta memudahkan kita untuk mengikutinya, dan memperlihatkan kepada kita yang bathil itu adalah sebuah kebathilan, serta memudahkan kita untuk menjauhinya, karena betapa banyak org yang tau itu kebenaran, namun Allah Subhanahu Wa Ta'ala tdk mmberikannya hidayah utk mengikutinya, dan betapa banyak
org yg tau bahwa itu kebathilan, namun dia tidak diberikan hidayah untuk menjauhinya.

Mintalah kepada Allah Ta'ala hidayah Taufiq, agar dimudahkan untuk istiqamah di atas kebenaran.

Obrolan Ustad dengan orang kafir "ustad jilid 2"


MENGAPA UMAT ISLAM MENGHADAP KA'BAH UNTUK MENYEMBAH ALLAH

berikut kisah meraiknya :

Percakapan orang kafir "si A" dengan seorang ustadz..

suatu sore Ustad kedatangan tamu yg tidak diundang lagi,

Si A : mengapa orang Islam menyembah kotak hitam?

Ustadz : anda salah, Umat Islam tidak menyembah kotak hitam, tapi menyembah Allah.

Si A : bukankah orang Islam shalat menghadap Ka'bah, satu kotak yang berwarna hitam? Apakah Allah itu ada di dalam Ka'bah? kok saya tidak melihatnya?

Belum sempat sang ustadz menjawab, terdengar handphone nya si A berbunyi. Si A menjawab panggilan teleponnya, sementaran sang ustadz dengan sabar menanti. Setelah si A selesai menjawab panggilan di handphone nya, dia memandang sang ustadz. Sang ustadz tersenyum.

Si A : mengapa tersenyum? Apa jawaban dari pertanyaan saya tadi?

Ustadz : maaf perlukah saya menjawab pertanyaan anda?

Si A : ah, pasti kamu tidak bisa menjawab bukan? dengan nada angkuh.

Ustadz : bukan itu maksud saya. Tapi saya rasa anda sudah tau jawabannya, hanya saja anda masih kurang menyadarinya..

Si A : mengapa kamu bicara begitu?

Ustadz : tadi saya lihat anda bicara sendiri, ketawa dan tersenyum sendiri. Dan anda mencium HP itu sambil bicara "I love u beb"...

Si A : saya tidak bicara sendiri. Saya bicara dengan istri saya. Dia yang telfon saya tadi.

Ustadz : mana istrimu? Saya tak melihatnya.. ??

Si A : istri saya di Tuban. Dia telfon saya, saya jawab menggunakan telpon. Apa masalahnya? [nada marah]

Ustadz : boleh saya lihat HP kamu?

Si A mengulurkan HPnya kepada sang ustadz.
Sang ustadz menerimanya, lalu membolak-balikan HP itu,
menggoncang-goncangnya,
mengetuk-ngetukHP tersebut ke meja.
Lantas sang ustadz menghempaskannya sekuat tenaga ke lantai..
PRAKKK..PECAH..

Muka si A merah menahan marah.
Sementara sang ustadz menatapnya sambil tersenyum..

Ustadz : mana istrimu? Saya lihat dia tidak ada disini. Saya pecahkan HP ini pun istrimu tetap tak terlihat di dalamnya?

Si A : mengapa kamu bodoh sekali? Teknologi sudah maju. Kita bisa berbicara jarak jauh menggunakan telfon, Apa kamu tak bisa menggunakan otakmu? 

Ustadz : Alhamdulillah "sambil tersenyum". Begitu juga halnya dengan Allah SWT.
Umat Islam shalat menghadap Ka'bah bukan berarti umat Islam menyembah Ka'bah.
Tetapi umat Islam shalat atas arahan Allah. Allah mengarahkan umat Islam untuk shalat menghadap Ka'bah juga bukan berarti Allah ada di dalam Ka'bah.

"Begitu juga dengan dirimu dan istrimu.
Istrimu menelfon menggunakan HP,
ini bukan berarti istrimu ada di dalam HP."

Tetapi ketentuan telekomunikasi menetapkan peraturan,
kalau ingin bicara lewat telfon harus tekan nomor yang tepat,
barulah akan tersambung dan kau bisa berbicara melalu HP meski istrimu tak ada di dalamnya.
begitulah cara kami  berinteraksi dengan memuliakan Allah Subhanahu Wa Ta'ala dengan cara shalat, semuanya juga harus ada aturan!

Ustadz: ini uang untuk mengganti hp kamu yg sudah saya rusakan.

Si A : "hanya bisa melongo, dan mukanya merah padam dan segera berlalu meninggalkan sang Ustad"