Minggu, 03 November 2013

terlalu singkat, terlalu cepat, dan terlalu menyakitkan

Sudah cukup lama Desi duduk disampingku, padahal udara malam ini cukup dingin. namun tidak ada satu katapun yang keluar dari bibirnya, sementara akuhanya bisa diam nungguin dia yang memulai pembicaraan. pengen sih memulaipembicaraan, tapi masih takut serba salah. karna belakangan ini Desi jadi susahditebak dan sangat sensitiv, bawaannya selalu marah.
 Hubungan kami sudah berjalan cukuplama, tepatnya dua bulan lagi hubungan kami genap satu tahun. satu tahun yangcukup indah, bahkan bagiku hubungan kami ini sangat indah.
namun dalam beberapa hari belakangan ini hubungan kami sedang tidak baik.
 Desi tidak pernah menggubris pesan yangaku kirim atau mengangkat telponku..

Entah angin apa yang membawanya kemari. firasatku tidak baik akan kedatangannyakemari. tapi yang pasti aku senang, karna bisa melihatnya dari dekat lagi danduduk disampingnya.

“kak, maksud kedatangan Desi kesini, Desi pengen kita putus kak”
“putus! Maksud Desi apa Des?” tanyaku sambil menatapnya serius
“iya putus, pokoknya kita putus, jadi kakak gak perlu lagi sok sok care sama Desi,Desi gak butuh” jawab Desi sinis.
“Des, kakak sayang sama Desi, kakak gak mau kita putus,
tolong kasih tau apa salah kakak, biar bisa kakak perbaiki” aku berbicaralembut sambil berusaha menenangkan hatinya
“pokoknya kita putus, kalo Desi bilang putus ya putus” jawab Desi dengan nadatinggi
Sesaat kemudian suasana hening, tidak sepatah katapun yang keluar dari mulutkami berdua, Desi duduk sambil menolehkan kepalanya dariku, serta merangkulkankedua tangannya. sementara aku hanya duduk menundukan kepala sembari berusahamenjernihkan pikiranku yg mulai terasa keruh ketika mendengar semua ygdikatakan Desi.

“kak, Desi mau pulang, mulai besok kakak gak usah gangguin Desi lagi!” Desimulai berdiri dan bersiap siap untuk pergi meninggalkanku
“tunggu Des” kugenggam dan kutarik tangan Desi dengan erat agar dia tidak jadipergi
“ apalagi kak? Pokoknya putus ya putus”
“oke kita putus, tapi tolong jangan kayak gini Des? Desi jangan bikin kakakbingung, setelah sekian lama gak ada kabar dari Desi, tiba tiba Desi datangtrus ngajak putus”
“jadi maunya kakak kayak gimana, semuanyakan udah jelas, Desi mau kita putustitik”.
 “jelasin Des kenapa Desi sampai tegamutusin kakak?? Kasih tau Des kesalahan kakak”
Desi melepaskan tangannya yg kupegang dengan sangat erat
”kakak gak salah apa apa, yg salah itu Desi, maaf kak Desi gak punya alasankenapa Desi harus mutusin kakak”
 “Kakak cuman pengen tau yg sebenarnyaDes, kakak gk butuh alasan Desi” jawabku tegas
Desi mulai menundukan kepalanya dan kembali duduk ditempat yg ia duduki tadi.

 sebenarnya aku sudah mulai curiga daribeberapa hari yang lalu, pasti ada hal yang disembunyikan Desi selama ini,karna gak seperti biasanya Desi jadi super cuek bahkan gak perduli lagi terhadapku..air mata Desi mulai berlinang, matanya terlihat mulai memerah, aku jadi tidaktega melihat Desi dalam keadaan seperti itu, terlebih kalau sampai melihat Desimenangis..
“maafin kakak Des, kakak gak bermaksud bikin Desi sedih” Desi mulai menegakkankepalanya sambil menatapku dengan tatapan penuh kesalahan
“kakak bukan kakak yg salah, tapi Desi yang salah, Desi tau kakak sayang sama Desi,tapi maaf kakak semuanya itu gak bisa dipaksakan kak”
“iya Des kakak ngerti Des, tapi kakak masih belum bisa ngelepas Desi, kakakmasih sayang kali sama Desi”

suasana kembali menjadi hening dalam beberapa saat “kak, ini udah malam kak,Desi mau pulang, tolong kak, tolong ikhlasin Desi kak, gak semua yg kitapengenin itu bisa kita milikin kak, karna terkadang apa yg kita pengenin belumtentu baik untuk kita kak”
“maafin kakak Des, kakak sadar betapa egonya kaka” nadaku lirih
“kakak gk perlu minta maaf kak, Desi yg seharusnya minta maaf kekakak, karna Desiudah nyakitin kakak”
”tapi kakak ada permintaan Des ke Desi Des, sebelum kita bener-bener putus”
 “permintaan apa kak?”
”kakak pengen Desi mau jadi sahabat kakak”
 “maksud kakak?”
“sahabat jauh lebih baik Des, daripada kakak harus kehilangan seseorang yang paling kakak sayangi!”
air mata mulai menitik dari mata Desi, perlahan air mata Desi mulai membasahi kedua pipinya. Tanpa berkata-kata Desi mulai pergi meninggalkanku, sementara aku mulai merenungi hal-hal yang baru saja terjadi. semuanya terjadi terlalu singkat, terlalu cepat, dan terlalu menyakitkan…