KISAH BAYI YG BISA BERBICARA DISAAT AKAN MASUK KEDALAM API
- Pada zaman dahulu ada
seorang raja yang mempunyai tukang sihir. Ketika tukang sihir itu telah
menjadi tua, ia berkata kepada raja, "Wahai raja, saya telah tua, untuk
itu kirimkanlah kepada saya seorang anak untuk mempelajari ilmu sihir
agar nanti bisa menjadi pengganti saya bila saya meninggal." Lalu raja
memilih anak (Ghulam) untuk mempelajari ilmu sihir, dan adalah jalan
yang dilalui oleh Ghulam ke rumah tukang sihir terdapat rahib (sang kyai
jaman dahulu). Ghulam tertarik dengan rahib itu, hingga ia duduk untuk
mendengarkan ajaran-ajarannya dan ia merasa puas.
Maka ia
selalu terlambat untuk belajar pada tukang sihir, lalu ia dipukulinya.
Kemudian ia mengadu kepada sang kyai, lalu sang kyai berkata: "Kalau
kamu dipukul tukang sihir, katakan kepadanya bahwa kamu masih disuruh
ibumu, dan kalau kamu dimarahi oleh ibumu katakan kepadanya bahwa kamu
ditahan oleh tukang sihir, maka hal itu berjalan dengan baik."
Pada suatu hari di jalan raya terdapat ular yang sangat besar, hingga
jalan menjadi macet dan orang-orang sama ketakutan, lalu Ghulam maju
sambil berkata, "Hari ini saya akan mengetahui, tukang sihirkah yang
lebih besar ajarannya atau sang kyai."
Lalu ia mengambil batu
dan dilemparkannya ke ular itu seraya berkata: "Ya Allah, jika ajaran
sang kyai yang benar daripada ajaran tukang sihir, maka matikanlah ular
ini supaya orang-orang bisa berjalan dengan aman." Maka ular itu pun
mati dan orang-orang bisa meneruskan perjalanannya.
Hal itu ia
ceritakan kepada sang kyai, lalu sang kyai berkata, "Wahai anakku, kini
kamu lebih hebat daripadaku, dan kamu akan mendapat ujian yang sangat
berat karena kekuatan imanmu, dan besarnya imanmu, maka jika hal itu
telah datang, kamu jangan sekali-kali menyebut nama saya."
Suatu ketika ujian itu datang, dimana salah seorang kawan raja ada yang
buta; ia telah berobat ke mana saja tetap belum juga sembuh, lalu dia
datang kepada Ghulam ia berkata, "Jika kamu dapat menyembuhkan, maka
seluruh permintaanmu akan kami penuhi." Ghulam menjawab, "Saya tidak
dapat menyembuhkan, yang bisa menyembuhkan hanyalah Allah, kalau tuan
mau beriman kepada Allah, maka saya akan berdo'a untuk kesembuhan tuan."
Kuncinya Ghulam menunjukkan keimanannya dan mengajak orang untuk beriman kepada Allah SWT, mentaati Agama Allah SWT
Lalu ia pun beriman kepada Allah, setelah itu Ghulam berdo'a kepada Allah, seketika itu juga mata orang itu menjadi sembuh.
Kemudian orang itu mendatangi raja, lalu kagum kepadanya seraya bertanya:
"Siapakah yang telah menyembuhkan matamu?"
Ia menjawab, "Tuhanku."
Raja bertanya, "Adakah Tuhan selain aku ?"
Ia menjawab, "Tuhanku dan tuhan raja adalah Allah."
Raja itu tetap tidak beriman, dan tunduk kepada hukum Allah SWT sesuai
amanahnya dalam kehidupan sebagai penguasa, yang bertanggung jawab
kepada rakyat yang dipimpinnya.
Lalu raja memaksa ia
meninggalkan kepercayaannya kepada Allah. Tetapi ia menolak. Maka raja
menyiksanya dan terus menyiksanya hingga ia menunjukan bahwa yang telah
menyembuhkan matanya adalah Ghulam.
Kemudian raja memanggil Ghulam, lalu berkata kepadanya:
"Wahai anakku, sihirmu telah melampaui batas hingga dapat menyembuhkan penyakit buta dan belang."
Ia menjawab, "Saya tidak dapat menyembuhkan apa-apa, sesungguhnya yang dapat menyembuhkan hanyalah Allah."
Maka raja menyiksa dan terus menyiksa hingga ia terpaksa menunjukkan
sang kyai, lalu raja memanggil sang kyai itu dan memerintahkan kepadanya
agar meninggalkan agamanya, tetapi ia menolak. Dan akhirnya sang kyai
digergaji hingga badannya belah menjadi dua.
Lalu raja
memerintahkan kepada orang yang telah sembuh dari butannya agar
meninggalkan agamanya, tetapi ia menolak, maka ia pun akhirnya digergaji
seperti sang kyai. Kemudian giliran Ghulam diperintahkan untuk
meninggalkan agamanya, tetapi ia pun menolak, lalu raja memerintah
tentara-tentaranya untuk membawa Ghulam keatas bukit dan kalau tetap
menolak supaya dilemparkan. Lalu mereka berangkat dan ketika sampai di
atas bukit Ghulam berdo'a:
"Ya Allah, peliharalah saya dari kejahatan orang-orang ini."
Tiba-tiba bukit ini bergoncang dan tentara-tentara itu jatuh dari atas bukit, mereka mati.
Maka Ghulam berangkat menghadap raja, lalu ia ditanya oleh raja, "Kemana tentara-tentara yang tadi bersamamu ?"
Ia menjawab, "Allah telah menyelamatkan saya dari kejahatan mereka."
Lalu raja memerintahkan beberapa tentara lainnya untuk membawa Ghulam
ke tengah laut dan bila masih tetap menolak untuk dilemparkan ketengah
laut. Lalu mereka berangkat dan setelah mereka sampai di tengah laut,
Ghulam berdo'a:
"Ya Allah, peliharalah saya dari kejahatan orang-orang ini."
Tiba-tiba datanglah ombak besar hingga perahu terbalik dan mereka
tenggelam semuanya, lalu Ghulam kembali menghadap raja, dan ia ditanya :
"Kemana tentara-tentara yang membawamu tadi?"
Ia menjawab, "Allah telah melindungi kami dari kejahatan mereka. Wahai
raja, engkau tidak akan bisa membunuh saya melainkan bila raja mau
menuruti perintah saya."
Lalu raja bertanya, "Apa perintahmu itu?"
Ia menjawab, "Kumpulkan semua rakyat di alun-alun, lalu ikat saya pada
sebuah tiang dan ambilah panahku. Kemudian panahlah aku sambil
mengucapkan: Bismillahir Rabbil Ghulam (dengan nama Allah Tuhannya
Ghulam). Bila itu engkau lakukan, maka engkau dapat membunuhku."
Maka segeralah raja mengumpulkan semua rakyatnya di alun-alan, lalu ia
mengikat Ghulam pada sebuah tiang. Kemudian ia memanahnya dengan panah
Ghulam sambil membaca: Bismillahir Rabbil Ghulam, maka panah itu
mengenai pelipis Ghulam dan mengucurkan darah segar dari pelipisnya.
Lalu ia meletakkan tangannya di atas luka-lukanya, hingga ia mati.
Melihat kejadian yang menakjubkan itu, tiba-tiba rakyat serentak
mengucapkan: Amanna bi Rabbil Ghulam (kami beriman kepada Tuhannya
Ghulam), sehingga kepercayaan kepada Allah merata kepada semua lapisan
rakyat.
Maka seorang pembantu raja berkata kepada raja :
"Sesuatu yang tuan takuti kini benar-benar telah menjadi kenyataan,
semua rakyat tuan telah beriman kepada Tuhannya Ghulam."
Maka
dengan marah segeralah raja memerintahkan untuk membuat parit besar pada
setiap persimpangan jalan, lalu dinyalakan api di dalamnya. Kemudian
raja memerintahkan kepada pembantu-pembantunya untuk melemparkan ke
dalam api tersebut siapa saja yang telah beriman kepada Tuhannya Ghulam.
Maka diantara orang yang telah beriman yang dibakar itu
terdapat seorang ibu yang menggendong bayi, ketika ia mau masuk ke dalam
api itu, ia menjadi maju mundur karena tak tega anaknya ikut terbakar,
dalam keadaan itu tiba-tiba bayi itu dapat berbicara (menasehati
ibunya): "Wahai ibu, bersabarlah engkau karena engkau berada di pihak
yang benar."
Begitulah mereka yang kekuatan imannya jernih dan
mengikuti para Nabi dan Rosul sebagai manusia terbaik disisi Allah SWT,
dimana kuncinya adalah sama yaitu :
Kekuatan Imannya terukur
dengan kecintaannya menegakkan Agama Allah SWT dalam kehidupannya.
Walaupun kepada para Penguasa dimana penyampaian bahwa penguasa yang
sebenarnya adalah Allah SWT, penguasalah yang berhak memutuskan segala
hukum-hukum Allah SWT.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الأنبياء ثم الأمثل فالأمثل فيبتلى الرجل على حسب دينه فإن كان دينه صلبا اشتد بلاؤه وإن كان
في دينه رقة ابتلى على حسب دينه فما يبرح البلاء بالعبد حتى يتركه يمشى على الأرض ما عليه خطيئة
“Orang yang paling keras ujiannya adalah para nabi, kemudian yang
semisalnya dan yang semisalnya, diuji seseorang sesuai dengan kadar
agamanya, kalau kuat agamanya maka semakin keras ujiannya, kalau lemah
agamanya maka diuji sesuai dengan kadar agamanya. Maka senantiasa
seorang hamba diuji oleh Allah sehingga dia dibiarkan berjalan di atas
permukaan bumi tanpa memiliki dosa.” (HR. At-Tirmidzy, Ibnu Majah,
berkata Syeikh Al-Albany: Hasan Shahih).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar