A : Assalamu alaikum.. Apa kabar akhi ?? Baru ketemu lagi nih..
B : Wa’alaikumus salam. Alhamdulillah baik akhi. Iya…
A : Oya, tadi ana melihat antum shalat.
B : Iya, kenapa ??
A : Ana mau tahu kenapa antum shalatnya seperti itu ??
B : Memang ada apa dengan shalat ana ?? Ada yang aneh kah ??
A : Oh tidak apa2. Hanya saja ana ingin tahu dalil dari shalat yang antum lakukan tadi. Siapa tahu ana bisa mendapat tambahan ilmu dari antum.
B : Ana sejak masih kecil shalatnya sudah seperti ini. Dan seperti inilah shalat yang dilakukan oleh kebanyakan umat Islam saat ini. Apakah ada yang salah ????
A : Jika antum telah memiliki pegangan dalil yang shahih (benar), maka tidak masalah. Karena kita diperintahkan untuk shalat seperti shalatnya Rasulullah, Beliau shalallahu alaihiwasallam bersabda, ‘Shallu kama ra’aitumuni ushalli’ (Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku [Rasulullah] shalat).
B : Iya ana tahu itu. Namun beginilah apa yang diajarkan oleh ustadz ana dulu. Jadi ana shalat sesuai dengan apa yang diajarkan oleh ustadz ana.
A : Tapi apakah yang diajarkan oleh ustadz tersebut antum tahu dalilnya ??
B : Mmm.. Ana tidak tahu dalilnya. Tapi ana yakin kalau ustadz tersebut pasti tahu dalilnya, namanya juga ustadz.
A : Kalau antum tidak tahu dalilnya, berarti selama ini shalat antum masih mengikuti shalatnya ustadz, bukan Rasulullah. Apakah Rasulullah mengatakan : ‘Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat ustadz shalat’ ?! Tidak, akan tetapi Rasulullah mengatakan, "Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku [Rasulullah] shalat"
B : Jadi seperti apa shalatnya Rasulullah ?????
A : Akhi, selama gerakan2 shalat tersebut bersumber kepada dalil2 yang shahih, maka seperti itulah shalatnya Rasulullah..
Contohnya, ana melihat antum sebelum takbiratul ihram melafadzkan niat, lalu ketika takbiratul ihram selalu menempelkan jari ke telinga kemudian memutar-mutar tangan. Apakah antum tahu dalilnya ????
B : Ana tidak tahu dalilnya. Tapi memang seperti itu yang diajarkan ustadz ana.
A : Antum juga tatkala setelah salam mengusap wajah lalu selalu bersalam salaman dengan makmum lain. Apakah antum tahu dalilnya ???
B : Tidak tahu. Ana tidak ada yang tahu dalilnya. Semuanya dari ustadz. Kalau antum mau tahu dalilnya, tanya saja ke ustadz ana.
A : Itu bukan tanggung jawab ana bertanya ke ustadz antum, tetapi itu adalah tanggung jawab antum sebagai muridnya. Antum yang seharusnya bertanya langsung ke ustadz antum agar tahu atau menunjukkan dalilnya.. Bukankah kita diperintahkan untuk tidak taqlid atau mengikuti seseorang tanpa ilmu ???
Seorang ustadz tidaklah ma’shum seperti Rasulullah, baik itu ustadz antum atau ustadz ana sendiri, karena mereka bisa saja keliru. Alhamdulillah ana sudah berusaha untuk mengetahui dalilnya dari setiap gerakan2 shalat yang ana lakukan maupun tatacara ibadah lainnya.
B : Apakah di setiap gerakan shalat ada dalilnya masing2 ???
A : Iya. Semuanya sudah ada dalilnya masing2, baik dari awal shalat seperti takbiratul ihram sampai akhir shalat yaitu salam, semuanya ada dalilnya.
B : Waaaah, darimana kita bisa mengetahui dalil2 itu semua ???
A : Dari banyak BELAJAR atau menuntut ilmu di kajian2 yang SESUAI Sunnah. Atau bisa juga dengan banyak membaca buku2 tentang shalat sesuai Sunnah, namun tetap yang lebih utama adalah belajar langsung pada para ahli ilmu.
[Beberapa bulan kemudian]
B : Assalamu alaikum.. Apa kabar akhi ??? Baru ketemu lagi nih..
C & D : Wa’alaikumus salam. Alhamdulillah baik akhi. Iya.
B : Oiya, tadi ana melihat antum shalat.
C & D : Iya, kenapa ??
B : Ana mau tahu kenapa antum shalatnya seperti itu ??
C & D : Memang ada apa dengan shalat ana ?? Ada yang aneh kah ??
B : Oh tidak apa2. Hanya saja ana ingin tahu dalil dari shalat yang antum lakukan tadi. Siapa tahu ana bisa mendapat tambahan ilmu dari antum.
[Dan seterusnya, hampir mirip dengan dialog diatas]
Alhamdulillah, dengan dialog yang bermanfaat tersebut, telah menjadikan si B mengenal Manhaj Salaf sehingga si B berusaha mencocokkan SELURUH ibadah2nya (tidak hanya shalat saja) sesuai Sunnah Nabi (dalil). Dialog tsb kita dapatkan dari seorang sohib, metode dialog seperti ini ternyata cukup efektif dipakai untuk mengenalkan manhaj Salaf ke teman2 kita yang masih awam terhadap agamanya..
Saudaraku.. Mengenai "tatacara shalat" tsb hanyalah sebagi contoh saja... Dan penulis tidak bermaksud menggurui, bukan begitu. Para ustadz, kyai, dan ahli ilmu lainnya sangatlah banyak yang lebih berkapasitas untuk mengajarkan tatacara shalat yang sesuai dalil. Yang menjadi inti disini adalah : Kita mengingatkan dan menasehatkan agar tidak taqlid pada ustadz, kyai, ulama, dlsb.. Jadi : Semua yang dikatakan dan diajarkan pada kita, maka tanyakan juga dalilnya, cari tahu juga dalilnya, dan cocokkan dulu dengan dalil... Janganlah taqlid pada siapapun dengan langsung menganggap apa yang dikatakannya sebagai kebenaran... Janganlah menjalankan ibadah dengan dalil ikut2an saja...
Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullaahu ta'ala berkata :
"Kalian tidak boleh taklid kepadaku, tidak boleh juga taklid kepada Malik, Syafi'i, al-Auza'i, dan ats-Tsauri, tetapi ambillah darimana mereka mengambil." (I'laamul Muwaqqi'iin, III/469)
Imam Malik rahimahullaahu ta'ala juga berkata :
"Sesungguhnya aku hanya seorang manusia, terkadang aku benar dan terkadang salah. Maka lihatlah pendapatku, setiap pendapatku yang sesuai dengan Al-Kitab (baca : al-Qur'an) dan As-Sunnah (baca : hadits) maka ambillah, dan setiap yang tidak sesuai dengan Al-Kitab dan As-Sunnah maka tinggalkanlah." (Jaami' Bayaanil 'Ilmi wa Fadhlihi, I/775, no. 1435, 1436)
Islam adalah agama yang tegak diatas dalil.
Read more : http://khansa.heck.in/mana-dalilnya.xhtml
Sebagai penambah wawasan tentang bagaimana shalat yang sesuai sunnnah, bisa bibaca dsini : http://khansa.heck.in/post-title-6.xhtml
Tidak ada komentar:
Posting Komentar