Memakai sandal memiliki banyak adab atau tata cara dalam syariat, karena ada dalil, seperti memulai memakai dengan kaki kanan, melepaskan dengan kaki kiri lebih dulu, tidak boleh memakai sandal sebelah, boleh mengusap sandal ketika berwudhu, doa memakai sandal, dsb..
Meludah juga memiliki banyak adab2 yang diajarkan syariat, karena ada dalil yang mengajarkan.
Memakai pakaian juga sudah diajarkan adab2nya dalam islam. Banyak dalil tentang ini..
Cebok / istinja, buang air juga sudah diajarkan adab2nya dalam islam. Banyak dalil tentang ini..
Khitan juga memiliki banyak adab yang ada dalil2nya. Dan islam tidak lupa telah mengajarkan tentang ini..
Bekam juga memiliki banyak adab dan tata caranya, banyak dalil yang telah memberitahu tentang ini..
Ada juga adab2 pada hari raya idul fithri dan idul adha..
Semua itu ada dalilnya..
Bersetubuh dengan istri juga memiliki banyak adab dan tata caranya. Dalil tidak lupa mengajarkannya semua..
Segala sesuatu yang ada dalilnya dan telah diajarkan islam
memiliki adab2nya, seperti adab poligami, menyisir, mencium, memasak, mandi, potong kuku, mencukur bulu kemaluan, shalat gerhana, shalat khauf, puasa tasu’a dan asyura, i’tikaf, walimah, makan, minum, tidur, mimpi, menyembelih, bersiwak, mentahniq bayi, dll..
Hal ini adalah termasuk bentuk kesempurnaan agama islam..
==> Kemudian, bagaimana halnya dengan perayaan Maulid Nabi ???????
Al Masail :
1. Apakah perayaan Maulid Nabi memiliki dalil yang jelas dan shahih ??????
2. Jika memiliki dalil, maka apa saja adab-adab atau tata cara Maulid Nabi yang sudah diajarkan Islam sesuai dengan dalilnya ??????
3. Jika tidak ada dalilnya, lantas kenapa diperingati dan dirayakan ??????
4. Jika tidak ada dalilnya, apakah mungkin Rasulullah shalallahu alaihis sallam kelupaan menyampaikan kepada umatnya ??????
5. Atau apakah mungkin Rasulullah shalallahu alaihi wasallam menyembunyikannya agar tidak diketahui umatnya ??????
6. Apakah mungkin masalah tentang maulid Nabi hanya diketahui oleh orang-orang setelah abad ke 4 hijriyah, sedangkan orang- orang yang sebelumnya seperti para shahabat Nabi, Tabi’in, Tabiut Tabi’in, dan juga Imam yang empat tidak mengetahui tentang perayaan Maulid Nabi ???????
7. Atau apakah mungkin orang2 setelah abad ke 4 hijriyah lebih pintar atau alim karena mereka mengetahui dan merayakan Maulid daripada para shahabat Nabi dan para ulama sebelum abad ke 4 hijriyah ??????
8. Apakah perayaan Maulid Nabi termasuk perkara yang besar atau perkara yang kecil ??????
9. Jika Maulid Nabi termasuk perkara besar, lantas mana perintah atau dalilnya yang shahih dan diakui oleh para ulama ahlu hadits ??????
10. Jika Maulid Nabi adalah perkara besar, lantas kenapa tidak ada seorangpun dari shahabat Nabi yang merayakannya ?????? Padahal mereka jauh lebih mencintai Rasulullah.
11. Jika Maulid Nabi adalah perkara kecil, lantas kenapa manusia begitu antusias dan semangat untuk merayakannya ???? Sedangkan perkara2 besar yang lain dan wajib hukumnya justru banyak yang mereka tinggalkan dan kesampingkan.
12. Apakah mungkin jika perkara2 yang kecil telah diajarkan oleh islam, sedangkan perkara2 yang besar tidak diajarkan islam ?????? Jelas tidak mungkin !! Justru perkara2 yang besar lebih diajarkan dalam islam.
13. Pantaskah Rasulullah mengajarkan tata cara memakai sendal, meludah, cebok, dsb, sedangkan perayaan Maulidnya sendiri serta adab dan tata caranya tidak beliau ajarkan kepada sahabat2nya dan umatnya yang dicintainya ??????
14. Pernahkah kita membaca riwayat bahwa Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali atau sahabat2 Nabi lainnya mengucapkan Selamat Ulang Tahun kepada Nabinya ?????
Atau mereka kumpul2 dan berpesta pada hari ‘Birthday’ Nabinya ??????
Atau mereka melakukan ritual ibadah khusus pada hari Ulang Tahun Nabinya ??????
Atau mereka saling memberikan kado atau hadiah untuk Nabinya spesial pada hari ulang tahunnya ?????
15. Apakah ada pembahasan atau bab tentang Maulid Nabi pada kitab2 ulama salaf terdahulu, seperti di kitab Al Umm Imam Syafi’i, Musnad Imam Ahmad, Fathul Bari Syarah Shahih Bukhari Ibnu Hajar, Syarah Shahih Muslim an Nawawi, atau pada kitabut tis’ah ?????
Dan pembahasan Fiqih Maulid pada kitab Fiqih Bulughul Maram dan Subulus Salam, Al Mughni, Al Muhadzdzab ?????
atau pembahasan Fadhilah Maulid pada kitab Riyadhush Shalihin, Targhib wa Tarhib, Adabul Mufrad, dll ??????
Kesimpulan :
Berhubung dalil tentang keutamaan perayaan Maulid masih dalam pencarian dan penakwilan, maka diputuskan bahwa Maulid Nabi tidak ada pada zaman Rasulullah dan zaman shahabat. Adapun segala sesuatu (dalam masalah ibadah) yang tidak ada pada zaman Rasulullah dan para shahabat2nya maka itu bukan berasal dari Islam.
Sabda Beliau shallallahu alaihi wa sallaam :
“Demi Allaah, sesungguhnya aku adalah orang yang paling tahu terhadap Allaah dan paling bertakwa di antara kalian.” [HR. Al-Bukhari (no. 5063) kitab an-Nikaah, Muslim (no. 1401) kitab an-Nikaah, an-Nasa-i (no. 3217) kitab an-Nikaah, Ahmad (no. 13122)]
Maka mengapa kita merasa kurang tercukupi dengan sunnah beliau ?????? Sehingga kita mengada-adakan ibadah yang tidak pernah beliau kerjakan ?????
Apakah kita merasa LEBIH TAHU cara untuk mendekatkan diri kepada Allah dibanding beliau ??????
Ataukah kita merasa LEBIH BERTAKWA kepada Allah dibanding beliau ?????? Sehingga kita tidak merasa cukup dengan apa yang telah dicontohkan beliau ?????
Maka tidak salah Khalifatur Rasyid ‘Ali radhiyallahu ‘anhu berkata :
“Jika disampaikan hadits kepada kalian dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka anggaplah bahwa beliau orang yang paling menggembirakan dan yang paling mendapat petunjuk serta yang paling bertakwa.” (Atsar Riwayat Ahmad)
Sehingga kita tidak mengambil petunjuk selain petunjuk beliau, sehingga kita menjadikan beliau SATU-SATUNYA uswah hasanah (teladan yang baik) dalam rangka menggapai takwa !!
Apakah ada petunjuk yang lebih baik daripada petunjuk beliau ?? Sehingga kita lebih memilihnya ketimbang memilih petunjuk beliau ???
Apakah ada teladan yang lebih baik bagi kita untuk menggapai ketakwaan daripada beliau shallallahu ‘alayhi wa sallam ?????
Benarlah perkataan Ibnu Ma’sud radhiyaallhu 'anhu :
“Ikutilah (petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, pen), janganlah membuat bid’ah (mengada2 dalam perkara ibadah). Karena (sunnah) itu sudah cukup bagi kalian. Semua bid’ah adalah sesat.” (Diriwayatkan oleh Ath Thobroniy dalam Al Mu’jam Al Kabir no. 8770. Al Haytsamiy mengatakan dalam Majma’ Zawa’id bahwa para perowinya adalah perawi yang dipakai dalam kitab shohih)
Cukuplah ini sebagai peringatan bagi orang-orang yang hanya bermodalkan semangat dalam menjalankan ibadahnya TANPA MERUJUK kepada sunnah dan tuntunan Beliau, shallalllahu ‘alayhi wa sallam. Wallaahu Ta'ala A'lam bish showaab.
Hanya Allaah yang memberi petunjuk dan hidayah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar