Sudah cukup lama Desi duduk disampingku, padahal udara malam ini
cukup dingin. namun tidak ada satu katapun yang keluar dari bibirnya,
sementara akuhanya bisa diam nungguin dia yang memulai pembicaraan.
pengen sih memulaipembicaraan, tapi masih takut serba salah. karna
belakangan ini Desi jadi susahditebak dan sangat sensitiv, bawaannya
selalu marah.
Hubungan kami sudah berjalan cukuplama, tepatnya
dua bulan lagi hubungan kami genap satu tahun. satu tahun yangcukup
indah, bahkan bagiku hubungan kami ini sangat indah.
namun dalam beberapa hari belakangan ini hubungan kami sedang tidak baik.
Desi tidak pernah menggubris pesan yangaku kirim atau mengangkat telponku..
Entah
angin apa yang membawanya kemari. firasatku tidak baik akan
kedatangannyakemari. tapi yang pasti aku senang, karna bisa melihatnya
dari dekat lagi danduduk disampingnya.
“kak, maksud kedatangan Desi kesini, Desi pengen kita putus kak”
“putus! Maksud Desi apa Des?” tanyaku sambil menatapnya serius
“iya putus, pokoknya kita putus, jadi kakak gak perlu lagi sok sok care sama Desi,Desi gak butuh” jawab Desi sinis.
“Des, kakak sayang sama Desi, kakak gak mau kita putus,
tolong kasih tau apa salah kakak, biar bisa kakak perbaiki” aku berbicaralembut sambil berusaha menenangkan hatinya
“pokoknya kita putus, kalo Desi bilang putus ya putus” jawab Desi dengan nadatinggi
Sesaat
kemudian suasana hening, tidak sepatah katapun yang keluar dari
mulutkami berdua, Desi duduk sambil menolehkan kepalanya dariku, serta
merangkulkankedua tangannya. sementara aku hanya duduk menundukan kepala
sembari berusahamenjernihkan pikiranku yg mulai terasa keruh ketika
mendengar semua ygdikatakan Desi.
“kak, Desi mau pulang, mulai
besok kakak gak usah gangguin Desi lagi!” Desimulai berdiri dan bersiap
siap untuk pergi meninggalkanku
“tunggu Des” kugenggam dan kutarik tangan Desi dengan erat agar dia tidak jadipergi
“ apalagi kak? Pokoknya putus ya putus”
“oke
kita putus, tapi tolong jangan kayak gini Des? Desi jangan bikin
kakakbingung, setelah sekian lama gak ada kabar dari Desi, tiba tiba
Desi datangtrus ngajak putus”
“jadi maunya kakak kayak gimana, semuanyakan udah jelas, Desi mau kita putustitik”.
“jelasin Des kenapa Desi sampai tegamutusin kakak?? Kasih tau Des kesalahan kakak”
Desi melepaskan tangannya yg kupegang dengan sangat erat
”kakak gak salah apa apa, yg salah itu Desi, maaf kak Desi gak punya alasankenapa Desi harus mutusin kakak”
“Kakak cuman pengen tau yg sebenarnyaDes, kakak gk butuh alasan Desi” jawabku tegas
Desi mulai menundukan kepalanya dan kembali duduk ditempat yg ia duduki tadi.
sebenarnya
aku sudah mulai curiga daribeberapa hari yang lalu, pasti ada hal yang
disembunyikan Desi selama ini,karna gak seperti biasanya Desi jadi super
cuek bahkan gak perduli lagi terhadapku..air mata Desi mulai berlinang,
matanya terlihat mulai memerah, aku jadi tidaktega melihat Desi dalam
keadaan seperti itu, terlebih kalau sampai melihat Desimenangis..
“maafin
kakak Des, kakak gak bermaksud bikin Desi sedih” Desi mulai
menegakkankepalanya sambil menatapku dengan tatapan penuh kesalahan
“kakak
bukan kakak yg salah, tapi Desi yang salah, Desi tau kakak sayang sama
Desi,tapi maaf kakak semuanya itu gak bisa dipaksakan kak”
“iya Des kakak ngerti Des, tapi kakak masih belum bisa ngelepas Desi, kakakmasih sayang kali sama Desi”
suasana
kembali menjadi hening dalam beberapa saat “kak, ini udah malam
kak,Desi mau pulang, tolong kak, tolong ikhlasin Desi kak, gak semua yg
kitapengenin itu bisa kita milikin kak, karna terkadang apa yg kita
pengenin belumtentu baik untuk kita kak”
“maafin kakak Des, kakak sadar betapa egonya kaka” nadaku lirih
“kakak gk perlu minta maaf kak, Desi yg seharusnya minta maaf kekakak, karna Desiudah nyakitin kakak”
”tapi kakak ada permintaan Des ke Desi Des, sebelum kita bener-bener putus”
“permintaan apa kak?”
”kakak pengen Desi mau jadi sahabat kakak”
“maksud kakak?”
“sahabat jauh lebih baik Des, daripada kakak harus kehilangan seseorang yang paling kakak sayangi!”
air
mata mulai menitik dari mata Desi, perlahan air mata Desi mulai
membasahi kedua pipinya. Tanpa berkata-kata Desi mulai pergi
meninggalkanku, sementara aku mulai merenungi hal-hal yang baru saja
terjadi. semuanya terjadi terlalu singkat, terlalu cepat, dan terlalu
menyakitkan…